Aldi berusia 12 tahun, bocah laki-laki yatim piatu yang tinggal bersama kakeknya yang berusia 75 tahun. Ia sejak kecil sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, ibunya meninggal dan ayahnya menjadi korban tertabrak kereta. Aldi memiliki 2 orang kakak, perempuan dan laki-laki.
Kakak-kakaknya yang sudah dewasa justru menelantarkan Aldi dan sang kakek, terkadang kedua kakaknya kembali hanya untuk meminta uang dan mengambil pakaian-pakaian Aldi yang menyebabkan Aldi memiliki pakaian yang sedikit bahkan Aldi kerap meminjam pakaian teman-temannya.
Aldi dan kakek sempat tinggal di kontrakan kota bambu daerah Tanah Abang, namun karena tidak memiliki uang untuk membayar kontrakan mereka diusir dan sekarang mereka tidur di taman. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan si kakek, Aldi berkeliling meminta sumbangan dana untuk musholla. Aldi sempat bersekolah hingga kelas 2 SD dan tidak mampu melanjutkan karena keterbatasan biaya.
Walaupun putus sekolah tapi Aldi tidak pantang menyerah untuk mendapatkan pendidikan, ia dan anak-anak jalanan yang lain bersekolah di tempat pengajaran gratis. Disana Aldi diajarkan membaca, menghitung, dan menggambar. Ketika ditanya tentang cita-cita, ia berkata “Aldi pengen jadi pemain bola”. Aldi juga berkata “cuma kakek yang Aldi punya sekarang, jadi Aldi harus bahagiain kakek“. Aldi anak yang penuh keterbatasan tapi ia tidak malas untuk belajar demi masa depannya.
Hingga saat ini, Aldi dan kakek tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Aldi harus terus bekerja seorang diri demi memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan sang kakek yang sudah tua dan tidak berdaya. Di luar sana, masih banyak “Aldi” lain yang juga perlu mendapat pemberdayaan khususnya bidang pendidikan mengingat umur mereka yang masih perlu bersekolah dan mendapat ilmu demi masa depan mereka.
Dari sosok Aldi kita dapat belajar bahwa walaupun hidup serba terbatas tapi ia masih mau untuk belajar, masih semangat mengejar cita-cita untuk terus membahagiakan kakeknya.

